Hamil Tetap Menyusui, Bolehkah?



Nggak kb? Kebobolan ya? Kok bisa? Dan berbagai pertanyaan itu selalu datang. Kenapa kok hamil lagi? Bla bla bla.
Terima kasih atas perhatiannya, sungguh saya terharu. Banyak yang komentar waktu saya publish kehamilan kedua, sementara anak pertama saya Maryam baru berusia satu tahun.
Alhamdulillah, jujur saya seneng banget. Saya menyambut kehamilan kedua dengan gembira. Karena sebenarnya, saya memang berencana melahirkan lagi sebelum Maryam berusia dua tahun. Kenapa?

Ini berawal dari masalah menyusui. Sepele memang. Tapi dulu, saya ingin sekali memberikan ASI eksklusif untuk maryam. Dan gagal. Asi baru keluar di hari ketiga, dan Maryam diberi sufor di awal kehidupannya. Saya marah, frustasi, sedih, putus asa, merasa gagal menjadi ibu. Lalu saya berharap diberi momongan sebelum maryam berusia dua tahun. Harapannya, supaya kelak adiknya lahir, maryam bisa ikut menikmati kolostrum di awal-awal saya melahirkan. 
Itu saja. Saya merasa punya hutang kolostrum sama Maryam.
Boleh dalam kondisi hamil tetap menyusui, tapi tetep konsul dokter. Kalau ada riwayat keguguran, biasanya tidak dianjurkan.

Alhamdulillah, ternyata Allah mendengar doa saya. Besok saat adiknya maryam lahir, umur maryam sekitar 19 bulan.
 Tapi setelah mendengar beberapa cerita kawan yang melakukan Nursing While Pregnant (NWP alias hamil sambil menyusui) saya agak pesimis. Soalnya ada anak yang menyapih dengan sendirinya. Bukan karena rasa asinya yang enggak enak, tapi karena produksi ASI pada saat hamil memang berkurang.

Dari sini muncul berbagai pertanyaan. Termasuk dari teman dan saudara. Emang, boleh ya hamil tetep menyusui? Emang bayi di dalem enggak kekurangan nutrisi? Emang ASInya nggak basi?

Jawabannya? Boleh.

Baru kemarin saya konsultasi ke dokter spesialis kandungan. Saya tanya soal hamil sambil menyusui. Dokter bilang "Boleh tetap menyusui. Tapi perlu diketahui, selama kehamilan ASI akan berkurang dengan sendirinya." Ini kemudian menjawab pertanyaan mengapa banyak anak pertama rewel ketika mamahnya "kesundulan". Karena kurang puas saat menyusu.
Akhirnya strategi saya sekarang menyiapkan air putih, jus, dan sari kacang hijau. Malam-malam Maryam haus enggak saya susui langsung, tapi juga disambung dengan air putih. Minumnya pun pakai gelas (Maryam sudah bercerai dari dot sejak usia 4 bulan karena bingung puting).

Kekhawatiran soal "bayi di dalem kurang nutrisi" juga sudah hilang. Kemarin saya bertanya tentang perkembangan janin saya, sampai beratnya berapa, semua normal. Saya hanya perlu menambah asupan kalsium dan vitamin agar tak mudah drop.
Setiap Maryam tidur, saya selalu berbisik di telinganya, memberikan dia sebuah sugesti. Bahwa ia akan segera menjadi kakak. "Besok nenennya bareng sama dedek ya nak......"

Bisakah kakak nenen bareng sama dedek? Sangat bisa. Istilah kerennya, tandem nursing. Saya sudah beberapa kali mendengar pengalaman mamah-mamah muda yang ber-tandem nursing. Anak mereka sehat-sehat saja. Mamaknya juga sehat-sehat saja. Asal asupan kita cukup, kenapa tidak ber-tandem nursing? 

Asal jangan tandem nursing sama bapaknya aja. Wkwkwkwk.
NB : Ini merupakan pengalaman pribadi saya. Setiap ibu memiliki kondisi tubuh yang berbeda. Sebaiknya, jika dalam kondisi hamil ingin menyusui, tetap konsultasikan pada ahlinya. Pada beberapa kasus seperti ibu yang memiliki riwayat keguguran, nursing while pregnant tidak dianjurkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita-ceritanya Bumil (Lagi)

Ini Tantangan Mamah Muda Setelah Melahirkan

Orgasme Saat Melahirkan, Emang Bisa?