Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Menangis di Depan Anak-anak dan Mereka Memelukku

 Aku memutuskan untuk menangis di depan anak-anak ketika memang udah nggak tahan. Aku gak mau mereka melihatku sebagai ibu yang pura-pura kuat. Ibu juga manusia, yang bisa menangis karena sedih. Bisa rapuh, bisa sakit, bukan wanita super. Lalu kenapa aku hari ini menangis? Aku sedang bekerja, harus mendengarkan rekaman dan mentranskrip rekaman itu jadi tulisan. Gesang gak sabar, ia minta perhatianku dengan berbagai cara. Aku dipukuli, ditendang, lalu pada suatu momen, pukulannya pas banget di sela-sela tulang rusuk, keras. Rasanya sakit. Memang gak sesakit kalau ditinju mafia apa preman jalanan, tapi gatau rasanya kok sakit banget. Sakitnya, karena aku lagi berusaha bekerja, setelah mencuri waktu bagaimana caranya biar bisa memproduksi tulisan lebih rajin lagi. Tapi di tengah-tengah itu, anak-anak butuh aku. Cebok, makan, rumah yang baru diberesin, dalam waktu satu jam sudah berantakan lagi. Aku menidurkan mereka di jam sembilan malam dan harus bangun jam 1 pagi untuk menulis, jika ing

Halo Be...

 Halo Be, udah hampir 10 tahun kita ga ketemu, dan mungkin suatu saat nanti, aku juga bakalan nyusul kamu di sana. Gak banyak yang mau aku bilang. Sama sekali ga banyak. Tapi liat fesbuk kamu hari ini, rasanya kok pedih kali ya be. Itu fotoku, kenapa pula masih ada di album foto profil kamu. Bikin menangesss heueheueheu. Merindukan orang yang udah ga ada itu rasanya begini ya. Nyesek, terus bisanya cuma ngomong sendiri. Tapi aku berdoa dan percaya, kamu udah bahagia di sana ya Be. Kamu orang baik, ada banyak orang yang doain kamu. Begitu juga aku, gak pernah sedikitpun aku lupa sama kamu. Bahkan aku pernah bercita-cita, balik ke Jakarta lagi dan ketemu kamu, pak bos, orang-orang yang membuat hidupku berubah. Mbah uti belum lama ini juga meninggal. Sosok perempuan kuat yang jadi panutanku.. Tapi pak bos dan kamu, udah ga ada di dunia ini. Terus kalo aku ke Jakarta, aku pamer kemana? Kan aku mau pamer Be, kalo anakku ini udah tiga. Taun ini i'm going to be a single mom, tapi aku puny

Ketika si Bungsu Sholat Jamaah di Mushola Deket Rumah...

 Trenyuh dan merasa yaa Allah.. Tiga anak itu titipanMu. Apakah aku bisa membesarkan mereka dengan baik? Hari ini sholat jamaah di mushola terasa mendebarkan karena si bungsu memaksa pengen jamaah di mushola. Kami berangkat berempat. Sampai mushola mereka happy. Sibungsu langsung ke depan, ikut jamaah bapak2. Dia happy. Dia ga noleh ke belakang dan mataku terasa basah... Secepat itu ya waktu berlalu, tau tau si bayi yang dulu suka nangis, nenen, udah berani sholat di saf depan bareng bapak-bapak lainnya. Kebetulan di saf depan ada kakek yang tinggal di depan rumah kontrakan, mungkin dia merasa familiar jadi nyaman. Aku jadi semakin optimis. Tidak perlu memaksakan oranglain yang tak mau mendekatkan diri dan beribadah. Ga perlu memaksa oranglain berubah. Fokus sama diri sendiri dan anak-anak, berdoa, sediakan tempat yang layak untuk mereka tumbuh dan berkembang, udah cukup. Momong diri sendiri dan anak-anak, berbahagia dan merasai setiap momen detik-detik perkembangan mereka dengan '

Ketika Tangis Istri Pablo Escobar Pecah

Gambar
Maria Victoria Henao, istri Pablo Escobar mengusap air mata yang membasahi pipinya. Di usia 60 tahunan, sisa kecantikannya masih terlihat jelas. Duduk di hadapan putra putri dan mantunya, istri Raja Kokain yang melegenda itu nampak begitu rapuh. Suaranya bergetar, ia meminta maaf kepada anak-anaknya. Meminta maaf sebagai ibu yang tak berdaya. Ia meminta maaf atas luka dan trauma yang ada pada anak-anaknya. Luka yang puluhan tahun masih mengendap dan akan terus membekas entah sampai kapan. Hidup anak-anak Pablo Escobar jauh dari rasa aman dan tenteram sejak kartel Medellin didirikan dan runtuh. Saat berjaya dan bergelimang harta, mereka punya pulau pribadi dan rumah dengan dinding dua lapis untuk menghindari serangan musuh. Sebentar-sebentar minggat demi lari dari aparat maupun kabur dari orang yang ingin balas dendam. Saat Pablo Escobar meninggal dan namanya dijadikan buku, film, sampai serial Netflix, semua orang di dunia selalu ingin tahu seberapa besar harta yang ditinggalkan raja k

Anggaplah Ini Fiksi

Sebagai proses healing dari kejenuhan menulis. Maka tahun 2022 ini akan kuisi dengan menulis hal remeh temeh dan fiksi fiksi yang akan ku susun, suatu saat nanti. Kepengin banget nulis yang ga mikir bakal ada trafiknya. Bebas, mengalir, terus bikin seger gitu. Terus aku inget oiya aku punya blog wkwkwk. Yaudah tulis ajalah di sini. Sepotong demi sepotong selagi ada ide. Nanti kumpulin kalo udah waktunya bikin fiksi dengan utuh.  -Surat-Surat Digital Untuk Dia- Tentu saja ini buat suamiku, yang kupastikan gak bakal baca blog ini lagi. Kenapa? Karena aku tau kamu bosan denganku sejak 2019 lalu. Kamu gak akan kepo tentang aku lagi, seperti awal-awal kita sebelum menikah. Kamu gak akan peduli lagi apapun yang kulakukan, apapun yang aku tulis.  Aku menyedihkan, tapi nggakpapa. Akan kuubah kesedihan ini menjadi hal-hal baru, yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Hatiku memang sudah porak poranda sejak lama. Tapi keberanian ini baru muncul kemarin. Sebuah keberanian dari perempuan yang tak