Berapa Isi dan Kapasitas ASI di Dalam Payudara?
Isi di dalam payudara itu berapa sih? 300 cc kah, 500 ml kah, atau sampai satu liter ASI?
Well, tiga tahun saya menjadi makhluk menyusui dan berkutat dengan alat pompa, marmet, pijat oksitosin dan lain-lain, saya akhirnya bisa menjawab pertanyaan soal berapa sebenarnya isi payudara, kapasitas payudara menampung ASI.
Jadi berapa? Hahhh? Berapaaahhhh?
Well sebelum saya jawab pertanyaan berapa isi dan kapasitas ASI dalam payudara, saya sempat super frustasi melihat ASI perah saya hanya bisa basahin pantat botol untuk pertama kalinya.
Parah banget, boro-boro bayi bisa minum kalau diperah aja dikit banget kek gitu. Stres lah saya. Jangan-jangan ASI saya dikit?? Kok diperah cuma seuprit?
Hmm, setelah melalui berbagai fase macam bingung puting, bendungan ASI dan bla bla bla... akhirnya saya mendapatkan jawabannya!
Jadi berapaaaaaahhh?
Eng ing eeeng... Drungtak tak drung tak dung tak cesss! *drumroll yang maksa*
Tak terbatas. Itulah jawabannya.
Konkrit sekali, karena saya sudah mengalaminya sendiri. Tapi ini diluar ibu-ibu yang mungkin punya kelainan pada jaringan payudara lho ya. Barangkali ada yang memang tidak bisa menghasilkan ASI saat dikenyot bayi maupun diperah karena indikasi medis, ini lain cerita.
Dua kali saya melahirkan dan menyusui anak-anak saya, selalu penasaran, berapa sih isi payudaraku? Ternyata tak terbatas dan tak menentu. Gak bisa diukur. Hari pertama saya pumping cuma basahin pantat botol.
Maaf gak difoto hehehe, karena stres dan gak pede waktu itu, jadi enggak difoto.
Alhasil karena saya stres melihat hasil pumping, saya jadi merasa ASInya sedikit.
Padahal itu SALAH BESAR.
Alasan mengapa ASI baru sedikit saat dipumping pertama kali:
-Belum nyaman dan belum ketemu posisi pumping yang enak
-Kebutuhan bayi minum ASI belum banyak. Newborn lambungnya masih super kecil, masa kita berharap tetiba dapet ASI 100 ml?
-Belum terbiasa pumping
Setelah saya telateni pumping setiap hari, di jam dan jarak waktu yang sama, produksi ASI saya lambat laun bertambah. Dalam seminggu, saya jadi bisa menghasilkan sekitar 80-100 ml sekali pumping. Itu waktu anak pertama. Saya merasa ASI saya kurang. Jadi saya sering minum air putih, sering minum booster ASI, makan ini makan itu. Nyatanya hasil pumping saya segitu-gitu aja.
Ternyata anak saya bingung puting laten dan daya hisapnya melemah, produksi ASI saya makin seret. Hehehe. Cerita soal bingung puting saya sertakan di postingan terpisah ya.
Saat anak saya berusia 10 bulan saya bener-bener udah gak mikirin ASI, mau dikit apa banyak yang penting saya menyusui udah gitu aja. Eeeeh ASI saya malah super lancar. Produksi saya melimpah.
Ditengah kepercayaan diri saya menyusui anak sedang bertambah, saya malah hamil lagi. Hahaha.
Baca: Hamil Tetap Menyusui, Bolehkah?
Akhirnya saya bertekat, anak kedua harus full ASI. Berkaca dari pengalaman anak pertama saya, usai lahiran anak kedua pun saya gak mikirin ASI. Biasa ajah. Saya hanya berpikir ASI itu diproduksi dengan sendirinya sama tubuh, ngapain dipikir-pikir amat. Yang penting makan kenyang, tidur enak. Hahahaaa.
Apa yang terjadi? Hari pertama saya perah ASI dengan tangan alias marmet, saya bisa mendapatkan sekitar 10 ml. Lalu teruuuuus meningkat sampai saat masuk kerja, saya bisa pumping dapet 200 ml sampai hampir 400 ml setiap pumping. Satu payudara saya pompa sekitar 15 menit bisa dapat 200 ml lho.
Padahal awal saya marmet cuma 10 ml ASInya. Keren kan? Inilah mengapa saya bilang bahwa produksi ASI itu tak terbatas dan menyesuaikan kebutuhan.
Payudara saya anggap adalah teko. Kalau teko dituang, maka perlu diisi lagi. Payudara kalau dikosongi ya dia ngisi terus. Makin sering dikosongi, produksinya naik. Kan menyesuaikan permintaan.
Gitu aja sih.
Jadi berapa isi dan kapasitas ASI dalam payudara? Sekali lagi. Tak terbatas. Hari pertama bisa saja 10 ml, hari kedua 15 ml, lalu sebulan kemudian bisa satu liter. Who knows?
Baca: Agar ASI Mancur Deras Bagai Air Terjun, Pakai Booster Apa?
Yang bikin ASI jadi banyak bukanlah seberapa besar payudaranya. Mau payudara segede trotoar, kalau jarang dikenyot baby, gak pernah dipumping, ya sudah bhaaaay ASI. Makin lama ya makin berkurang sendiri, wong gak ada permintaan.
Ini adalah sesuatu yang sangat simpel. Cuma kadang karena kebanyakan googling dan dengerin kata orang, kita jadi gampang mikir hal yang sebetulnya nggak perlu dipikirin banget-banget.
Jadi buat para ibu menyusui di luar sana, be strong, be brave, dan ikuti naluri kita. Setiap ibu pasti punya naluri keibuan. Ikuti aja insting kita, jangan jadi manusia googling kek saya. Hehehehehehe
Terlalu banyak mencerna informasi itu juga kadang bikin bingung. So ambil aja yang paling relevan dan cocok untuk kita.
Anak kedua saya usianya sekarang sudah satu tahun dan saya masih menyusui dia. Semoga ndak hamil dulu lah. Pengen selesain tugas menyusui sampai dua tahun. Repot kalau NWP atau Tandem Nursing lagi. Hahaha.
Well, tiga tahun saya menjadi makhluk menyusui dan berkutat dengan alat pompa, marmet, pijat oksitosin dan lain-lain, saya akhirnya bisa menjawab pertanyaan soal berapa sebenarnya isi payudara, kapasitas payudara menampung ASI.
Jadi berapa? Hahhh? Berapaaahhhh?
Well sebelum saya jawab pertanyaan berapa isi dan kapasitas ASI dalam payudara, saya sempat super frustasi melihat ASI perah saya hanya bisa basahin pantat botol untuk pertama kalinya.
Parah banget, boro-boro bayi bisa minum kalau diperah aja dikit banget kek gitu. Stres lah saya. Jangan-jangan ASI saya dikit?? Kok diperah cuma seuprit?
Hmm, setelah melalui berbagai fase macam bingung puting, bendungan ASI dan bla bla bla... akhirnya saya mendapatkan jawabannya!
Jadi berapaaaaaahhh?
Eng ing eeeng... Drungtak tak drung tak dung tak cesss! *drumroll yang maksa*
Tak terbatas. Itulah jawabannya.
Konkrit sekali, karena saya sudah mengalaminya sendiri. Tapi ini diluar ibu-ibu yang mungkin punya kelainan pada jaringan payudara lho ya. Barangkali ada yang memang tidak bisa menghasilkan ASI saat dikenyot bayi maupun diperah karena indikasi medis, ini lain cerita.
Dua kali saya melahirkan dan menyusui anak-anak saya, selalu penasaran, berapa sih isi payudaraku? Ternyata tak terbatas dan tak menentu. Gak bisa diukur. Hari pertama saya pumping cuma basahin pantat botol.
Maaf gak difoto hehehe, karena stres dan gak pede waktu itu, jadi enggak difoto.
Alhasil karena saya stres melihat hasil pumping, saya jadi merasa ASInya sedikit.
Padahal itu SALAH BESAR.
Alasan mengapa ASI baru sedikit saat dipumping pertama kali:
-Belum nyaman dan belum ketemu posisi pumping yang enak
-Kebutuhan bayi minum ASI belum banyak. Newborn lambungnya masih super kecil, masa kita berharap tetiba dapet ASI 100 ml?
-Belum terbiasa pumping
Setelah saya telateni pumping setiap hari, di jam dan jarak waktu yang sama, produksi ASI saya lambat laun bertambah. Dalam seminggu, saya jadi bisa menghasilkan sekitar 80-100 ml sekali pumping. Itu waktu anak pertama. Saya merasa ASI saya kurang. Jadi saya sering minum air putih, sering minum booster ASI, makan ini makan itu. Nyatanya hasil pumping saya segitu-gitu aja.
Ternyata anak saya bingung puting laten dan daya hisapnya melemah, produksi ASI saya makin seret. Hehehe. Cerita soal bingung puting saya sertakan di postingan terpisah ya.
Saat anak saya berusia 10 bulan saya bener-bener udah gak mikirin ASI, mau dikit apa banyak yang penting saya menyusui udah gitu aja. Eeeeh ASI saya malah super lancar. Produksi saya melimpah.
Ditengah kepercayaan diri saya menyusui anak sedang bertambah, saya malah hamil lagi. Hahaha.
Baca: Hamil Tetap Menyusui, Bolehkah?
Akhirnya saya bertekat, anak kedua harus full ASI. Berkaca dari pengalaman anak pertama saya, usai lahiran anak kedua pun saya gak mikirin ASI. Biasa ajah. Saya hanya berpikir ASI itu diproduksi dengan sendirinya sama tubuh, ngapain dipikir-pikir amat. Yang penting makan kenyang, tidur enak. Hahahaaa.
Apa yang terjadi? Hari pertama saya perah ASI dengan tangan alias marmet, saya bisa mendapatkan sekitar 10 ml. Lalu teruuuuus meningkat sampai saat masuk kerja, saya bisa pumping dapet 200 ml sampai hampir 400 ml setiap pumping. Satu payudara saya pompa sekitar 15 menit bisa dapat 200 ml lho.
Padahal awal saya marmet cuma 10 ml ASInya. Keren kan? Inilah mengapa saya bilang bahwa produksi ASI itu tak terbatas dan menyesuaikan kebutuhan.
Payudara saya anggap adalah teko. Kalau teko dituang, maka perlu diisi lagi. Payudara kalau dikosongi ya dia ngisi terus. Makin sering dikosongi, produksinya naik. Kan menyesuaikan permintaan.
Gitu aja sih.
Jadi berapa isi dan kapasitas ASI dalam payudara? Sekali lagi. Tak terbatas. Hari pertama bisa saja 10 ml, hari kedua 15 ml, lalu sebulan kemudian bisa satu liter. Who knows?
Baca: Agar ASI Mancur Deras Bagai Air Terjun, Pakai Booster Apa?
Yang bikin ASI jadi banyak bukanlah seberapa besar payudaranya. Mau payudara segede trotoar, kalau jarang dikenyot baby, gak pernah dipumping, ya sudah bhaaaay ASI. Makin lama ya makin berkurang sendiri, wong gak ada permintaan.
Ini adalah sesuatu yang sangat simpel. Cuma kadang karena kebanyakan googling dan dengerin kata orang, kita jadi gampang mikir hal yang sebetulnya nggak perlu dipikirin banget-banget.
Jadi buat para ibu menyusui di luar sana, be strong, be brave, dan ikuti naluri kita. Setiap ibu pasti punya naluri keibuan. Ikuti aja insting kita, jangan jadi manusia googling kek saya. Hehehehehehe
Terlalu banyak mencerna informasi itu juga kadang bikin bingung. So ambil aja yang paling relevan dan cocok untuk kita.
Anak kedua saya usianya sekarang sudah satu tahun dan saya masih menyusui dia. Semoga ndak hamil dulu lah. Pengen selesain tugas menyusui sampai dua tahun. Repot kalau NWP atau Tandem Nursing lagi. Hahaha.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus