Ngidam Apalagi Ya...?
Menginjak trimester kedua, nafsu makan saya mulai membesar. Saya juga enggak terlalu ngidam sama makanan. Beda sama pas trimester pertama, saya bisa tengah malem mendadak pingin bihun, atau bubur ayam. Di trimester kedua, saya lebih enjoy dan masih suka ngidam. Bedanya, saya ngidam main drum dan les piano. Hehehe.
Tiap pagi, suami selalu nyetel musik. Kadang jazz, rock, atau metal. Musik apapun. Bulan kemarin, saya tergila-gila sama Ozzy Osbourne dengan lagu lawasnya "I Don't Know" (Sekarang saya lagi seneng sama Lenny Kravitz karena suami sering nyetel itu).
Saya membayangkan mainin drum persis di lagu itu. Tiap hari saya berlatih main drum bayangan. Suami saya sampai bosen denger lagunya si Ozzy. Tapi saya ngeyel, hehehe. Saya setel terus, karena lagunya bikin mood saya bagus dengan tempo dan hentakan yang bersemangat. Saya entah kenapa pingin banget ngedrum. Padahal saya bukan drummer. Dulu memang saya sempat beberapa kali manggung, tapi lebih sering memegang gitar, atau bass.
Mungkin ibu hamil lain akan menganggap saya aneh. Harusnya saya dengerin musik klasik biar anaknya pinter blablabla. Bahkan ada yang mendengarkan musik klasik dengan headphone langsung ke bayi yang masih di perut. Saya bisa dibilang enggak pernah seperti itu. Kalaupun musik klasik, saya lebih suka mendengarkan piano atau harpa instrumental yang menenangkan (biasanya kalau nggak bisa tidur). Atau, malah dengerin murrotal Quran yang tenang, mendamaikan dan bikin ngantuk. hehe.
Tapi maaf lho ya, no offense. Menurut saya dengerin musik klasik yang rumit-rumit dan harus Mozart, harus Bethoven, harus Bach apa Niccolo Paganini? itu nggak ada hubungannya sama kecerdasan. Buat saya, faktor pembentuk kecerdasan itu karena gen. Kalo ibuknya cerdas, anaknya dijamin cerdas kok. Hehehe, selain itu faktor lain adalah istirahat yang cukup. Musik klasik itu punya tempo yang lebih teratur, dan bikin pendengarnya bisa lebih rileks. Saat rileks, waktu istirahat pun jadi cukup. Di situlah momen perkembangan otak terbentuk. Begitu pendapat saya. Makanya saya mendengarkan dua jenis musik, pertama musik yang bikin saya riang gembira dan bersemangat, bikin mood bagus. Musik yang kedua, musik yang membuat saya lebih tenang, rileks dan damai. Prinsip saya, saya akan mendengarkan musik sesuka saya, yang bikin saya hepi, jadi bayi saya pun ikut hepi.
Saya nggak memaksakan ia harus jenius kayak Albert Einstein, yang penting kami sama-sama menikmati musik dengan gembira, bukan karena biar pintar.
Nah, kembali lagi ke ngidam. Akhirnya saya merengek ke suami supaya kami ke studio musik. Karena saya kebelet ngedrum dan di rumah kami nggak punya drum tapi pingiiiiin banget ngedrum. Beberapa hari rencana kami ke studio tertunda. Sampai pada akhirnya, kami pergi juga ke studio di malam minggu. dan ternyata.... semua studio tutup! Ternyata malam minggu itu lagi banyak banget event musik, jadi banyak alat-alat studio yang dipakai. Saya kesel banget sampai pingin nangis. Bad mood.
Beberapa hari kemudian, saat saya libur kerja, saya pun kembali merengek ke studio. Kali ini agak
sore, dengan asumsi sekitar jam tiga sore kan jarang anak-anak band pada latihan. Hehehe, jadi saya bisa main drum sepuasnya. Suami menemani saya, kami memainkan lagu "I Don't Know" nya Ozzy Osborne. Suami saya nggitar, saya ngedrum. Memang rasanya kurang banget nggak ada bassnya, tapi saya gembira bukan main akhirnya bisa ngedrum!
Satu jam full, saya main drum, apapun. Kadang single pedal, kadang dobel pedal. Ya nggak ahli ahli amat sih hehe. Namanya juga bukan drummer, saya pukul sana sini seenaknya pakai stik drum yang dikasih Ikmal Tobing pas dia ke Purwokerto, beberapa bulan lalu.
Saya main main drum sambil ngemil, kadang berhenti sejenak minum. Memang berbeda main drum dalam kondisi hamil sama sebelum hamil. Sekarang ini kakinya yang buat dobel pedal lebih gampang pegel. Hehehe.
Puas main drum sekitar satu jam lebih, saya dan suami akhirnya pulang. Pas mau bayar, yang punya studio bilang "Udah nggak usah, buat orang ngidam mah gratis aja." Wah! alhamdulillah.. hehehe. Kebetulan yang punya studio juga masih temannya suami. Tapi nggak nyangka juga kalau dikasih gratisan ngedrum.
saya main drum pakai baju hamil, di foto sama suami. |
Sepulangnya dari studio suami saya bilang "Gimana, udah puas? Pingin apa lagi?"
Saya bilang saya pingin les piano! Suami tepuk jidat. Di rumah, selain gitar memang ada biola, kadang saya kalau lagi mood main biola dan belajar lagi baca partitur. Tapi ini nggak tahu kenapa saya pingin banget belajar piano.
Les piano sebenarnya udah lumayan lama saya pendam. Saya pikir itu bukan ngidam kali ya, karena saya yang pingin aja. Tapi kok lama-lama makin pingin. Saya memang bukan pianis, tapi pingin belajar piano klasik, ya.... minim-minim bisa main lagu Fur Elise apa Turkish March gitu. Hihihi.
Apa ini pengruh saya sering dengerin instrumental piano? Nggak tahu, saya pingin banget les piano dan akhirnya saya nekat daftar les di Royal Musik. Satu bulannya Rp 300 ribu dan sekarang saya sudah bisa tangga nada mayor dua oktaf, terus main lagu anak anak kayak "Marie Has a Little Lamb" hihihi! Penyesuaian baca partitur piano, agak ribet sih, tapi dari situ saya jadi makin tertantang dan makin enjoy sama les piano. Kalau biola kan, satu part aja dengan kunci G. Nah piano itu ada kunci F nya juga, jadi bacanya atas-bawah. Saya sering garuk-garuk kepala kalau baca partitur. Untung gurunya sabar!
Jadi ketimbang cuma ndengerin lagunya mozart yang turkish march itu, saya malah pingin belajar sekalian. Kata guru piano saya, ada versi yang lebih mudah dan bisa dipelajari. "Paling sebelum baby nya lahir udah bisa," katanya. Aih! Saya makin suenenggg! Ini saya bentar lagi mandi terus berangkat les^^
Komentar
Posting Komentar