Iseng Nabung Emas Gocengan


Saya bukan konsultan ekonomi, apalagi kok konsultan investasi. Sama sekali bukan. Tapi melihat produk anyarnya Pegadaian, kok lumayan menarik. Belum lama ini, sekitar pertengahan Agustus pegadaian Purwokerto launching tabungan emas. Yang bikin menarik itu, setiap orang yang nabung langsung dikonversi jadi emas. Nominal minimal tabungannya itu 0,01 gram. Kalau diuangkan sekitar Rp 5 ribuan. Harga emas batangan antam memang biasanya di kisaran Rp 500 ribuan per gramnya. Dan harga biasanya berubah setiap hari, naik dan turun (tapi kebanyakan cenderung naik, meskipun nggak drastis kayak valas).

Pegadaian pakai harga dasar emas, jadi penabung enggak dibebani biaya cetak. Tapi kalo ternyata nabungnya udah sampai 5 atau 10 gram dan kepingin di cetak, bisa juga (dengan catatan, nambah biaya cetak). Enggak dicetak dan pingin dijual, bisa juga. Sistemnya sama kayak nabung, setor dan tarik. Cuma beda istilah. Bedanya kalau tabungan emas itu jual dan beli. Harganya juga mengikuti harga hari itu. Kalo nggak salah, nasabah pegadaian ini dibebani biaya pengelolaan Rp 30 ribu per tahunnya.

Jadi kalo kepingin beli emas, beli pas harganya turun, jual pas harganya naik. Hihihi, konvensional banget ya?

Menurut saya, ini tabungan yang unik. Di sisi lain, pegadaian bisa menarik dana, sebaliknya, secara psikis orang pun jadi seneng gitu dengan uang gocengan udah berasa punya emas. Saya kemarin nyobain beli, Rp 10.300 dapet 0,02 gram hehe. Waktu itu pas lagi lumayan tinggi sih harganya.

Awalnya nggak ada niat beli, cuma iseng mau liputan, eh kok malah disuruh bikin tabungan emas sama kepala pegadaiannya *tepok jidat*. Yaudah, saya pun jadi iseng nyobain tabungan emas ini. Saya itung-itung, kalau nabungnya sampai Rp 500 ribuan, brati bisa dapet satu gram dong ya.
Misalnya saya coba sebulan aja deh Rp 100 ribu, lima bulan saya udah punya satu gram emas batangan. Setaun dua gram, kan lumayan hehe. Apalagi dengan gaji pas-pasan kayak saya.

Sebelum nyobain tabungan emas, terlebih dulu saya belajar beli emas batangan. Saya dan suami nabung bareng, lalu uangnya dibelikan emas untuk mahar kawin. Tiap bulan suami beli satu gram emas batangan yang bentuknya keciil bingitt. Pernah juga nyobain beli dengan cara mencicil (DPnya sekitar 20 persen dengan jangka cicilan tiga bulan, enam bulan, sampai satu tahun). Memang berat dengan perjuangan berdarah-darah (halah!), tapi lama-lama enggak terasa. Setelah nikah, kepingin nabung lagi dan investasi emas batangan. Tapi kebutuhannya adaaaa aja. Eeeh mak bedunduk cring! Datanglah tabungan emas ini.

mbak-mbak galeri 24 Pegadaian Purwokerto memerin buku tabungan emas. Kalau udah nyampai 1 gram, emasnya bisa dicetak atau dijual lagi. Tapi saran saya, mending kalau udah lima atau 10 gram aja lho nyetaknya, biar nggak rugi banget karena ongkos cetaknya agak lumayan.


Kok saya dengan murah hati berbagi produknya pegadaian sih? Jangan-jangan saya agen pegadaian. Hehe, bukan kok. Cuma wartawan ekonomi yang lagi belajar. Dan rasanya, eman-eman juga kalau informasi (yang barangkali menarik ini) cuma saya simpan sendiri aja. Nothing to loose, siapa tahu, ada yang pingin beli emas tapi belum punya cukup uang kayak saya.

Btw, saya dulu nggak pernah menyangka bisa bekerja jadi wartawan dengan job desk ekonomi, bisnis dan kuliner. Saya blas nggak ngerti ekonomi. Kadang suka iri sama temen-temen lain yang liputan peristiwa macam kebakaran, apa kejadian hot news kayak politik sampai kriminal gitu. Kayaknya lebih seru dan keren ketimbang mantengin rilis inflasi, apa cek IHSG di pasar saham, apalagi baca data-data penyaluran  kredit. Belum kalau liputan bisnis dan bahasannya program promo. Hehe.

 Awalnya memang butuh penyesuaian, tapi lama-kelamaan saya enjoy. Saya pun jadi tahu soal investasi dan berbagai produk lembaga jasa keuangan, lewat liputan-liputan ekonomi. Para pimpinan bank, kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Purwokerto, sampai Kepala Otoritas Jasa Keuangan Purwokerto juga sangat membantu saya untuk memahami berbagai istilah ekonomi yang saya nggak mudeng. Ngobrol dengan pedagang pasar, pelaku UMKM (Usaha Menengah Kecil Mikro), sampai pegawai Pegadaian juga memberikan banyak masukan. Saya jadi melihat, bahwa dunia ekonomi itu, sebetulnya sangat luas dan seksi. Hehe. Ke depan, saya akan membahas lagi beberapa produk lembaga jasa keuangan lainnya (selain tabungan emasnya pegadaian), dengan cara saya sendiri, hihihi. Mudah-mudahan, bermanfaat. Salam :D

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita-ceritanya Bumil (Lagi)

Susu Tempe dan Puding Tempe, Dih Emang Enak?

Bingung Puting Makanan Apaan Sih?