Pengalaman Hamil Selalu Naik Motor
Ini kehamilan ketiga saya, dan saya tetap saja naik motor dari trimester pertama sampai akhir selama hamil, bahkan hingga saat ini saya sedang hamil tujuh bulan. Untuk itu, saya ingin berbagi kepada para ibu hamil yang mungkin sedang galau mau naik motor saat kehamilan berlangsung. Tapi sebelum itu, perlu saya ingatkan kembali bahwa kondisi dan stamina tubuh masing-masing ibu hamil sangat berbeda. Kalau sudah membaca pengalaman saya naik motor selama hamil masih galau juga, lebih baik konsultasi ke dokter kandungan, daripada nanya ke mbah Google, hehehe.
Saat hamil anak pertama, saya selalu naik motor sejak trimester pertama. Maklum, saya hanya punya motor, hehehe. Lagipula, pekerjaan saya mengharuskan keliling-keliling alias mobilitasnya cukup tinggi. Jadi saya pun tetap mengendarai motor selama hamil.
Berikut beberapa tantangan yang saya alami selama mengendarai motor saat hamil, baik di trimester pertama maupun trimester akhir.
Gambar hanya pemanis, ini memang saya yang motoran...tapi waktu masih gadis wkwkwk. |
1. Masuk Angin
Tantangan terberat saat harus naik motor di trimester pertama adalah masuk angin. Yesss bu ibuu, saya gampang banget kena masuk angin, apalagi kalau lupa nggak pakai jaket. Pasti kleyengan tiap naik motor, keringetan dingin dan pernah juga saya muntah di tengah jalan saking nggak tahan menghirup bau asap truk tronton. Padahal udah pakai masker didobel kain penutup, tetep aja bau.
Saya tipe ibu hamil yang selalu kena emesis, mual muntah dan gampang sekali pingsan kalau hamil di trimester pertama. Untuk mengatasinya saya biasa minum suplemen dan vitamin tambahan saat hamil. Selain itu, olahraga juga, meski bukan lari-lari hehehe. Hanya sekadar jalan kaki, atau melakukan peregangan ringan dan banyak minum air putih, cukup membuat stamina saya kembali.
Ketika saya merasa kurang enak badan, maka lebih baik saya tidak naik motor. Apalagi jika jarak tempuhnya cukup panjang. Saya menghindari naik kendaraan dan bepergian jauh karena kondisi saya yang tidak memungkinkan. Ketimbang kita kehilangan janin yang kita sayangi, lebih baik mengurangi aktivitas yang beresiko. Percayalah, hanya diri kita yang tahu, sejauh mana batas toleransi tubuh kita. So, dengarkan naluri dan jangan terlalu memaksakan :)
Saya naik motor di trimester pertama ini paling jarak di bawah 10 kilometer. Tidak berani terlalu jauh, karena lebih dari 10 km, pasti rasanya badan gak karuan, capek, dan pernah juga ngeflek. Tapi alhamdulillah setelah istirahat, saya kembali sehat.
Jadi, tentukan ambang batas toleransi tubuh dengan jarak yang akan ditempuh ya bu ibu... Masing-masing ibu hamil tentunya berbeda :)
2. Bau Asap dan Debu Selama Perjalanan
Seperti yang saya pernah cerita di atas, saat trimester pertama, bau asap knalpot dan debu itu terasa lebih menyengat. Saya paling nggak kuat kalau bau asap knalpot mobil atau kendaraan yang berbahan bakar solar. Pasti langsung pusing dan muntah. Pokoknya kalau ketemu truk, bus, dan mobil berbahan bakar solar, mending saya minggir dan lambaikan tangan huhuhu.
Tapi masuk trimester kedua dan ketiga, kepekaan hidung saya berangsur menghilang. Tapi tetep sih, gak suka banget sama bau rokok, mesti muntah. Jadi bagi bumil bikers, selalu bawa masker atau kain untuk menutup hidung, demi menghindari bau-bau yang tidak enak selama perjalanan. Karena ini sangat mengganggu banget, serius. Kalau sudah kleyengan, maka berhentilah dan istirahat. Jangan memaksakan diri lho ya.
3. Faktor Keamanan
Selain perlu mempertimbangkan ambang batas toleransi tubuh, hal yang lebih berbahaya sebetulnya faktor keamanan. Kita bisa saja berkendara dengan safety, kecepatan normal dan biasa saja, tapi namanya kecelakaan lalu lintas, kita sendiri tidak bisa memprediksi apa yang bakal melintas.
Jadi kalau saya, menghindari jalan nasional dan provinsi selama berkendara saat hamil adalah sebuah pilihan konkrit hehehe.
Saya lebih memilih berkendara di jalan desa, atau jalan-jalan kecil yang relatif lebih aman. Tapi tentu saja, sekali lagi, faktor aman ini kan juga relatif. Kalau jalanannya terlalu sepiiiii banget, bahaya juga.
Pokoknya kalau sudah berniat naik motor saat hamil maka pilih lajur yang nyaman, ukur batas toleransi diri sendiri, lalu jangan lupa helm dan berbagai peralatan safety riding yaaa ibu ibu....
Hindari jalan yang banyak lubang menganga gede-gede. Itu nggak nyaman banget di perut. Apalagi kalau trimester pertama. Teorinya sih, janin terlindungi dengan air ketuban, jadi guncangan di jalan tak terlalu terasa untuk janin. Tapi buat kita para ibu, tentu beda lagi. Saya pernah lewat jalanan berlubang dan naik motor dengan suami saya jarak tempuh lebih dari 20 kilometer saat trimester ketiga.
Cuapeeeknya minta ampun, ini pinggang dan punggung pegel pisaaan. Ya walaupun kami sedikit-sedikit berhenti untuk istirahat, tapi aku enggak mau ah motoran jauh-jauh lagi. Udah merasakan pegelnya. Alhamdulillah sewaktu saya priksa ke dokter, janin saya sehat. Tapi mamaknya yang enggak kuat gaeeesss....
Selama dua kali saya hamil dan selalu naik motor, alhamdulillah tak ada pengalaman buruk. Pokoknya begitu capek, saya langsung istirahat. Ada flek sedikit waktu lelah, langsung periksa dan istirahat.
Saya juga mengira-ira sendiri batas kilometer kemampuan berkendara saya. Bukannya menjadikan hamil sebagai alasan, tapi ketimbang kita kehilangan si kecil yang dinanti, dan menyesal di kemudian hari?
Jadi sekian pengalaman saya, kalau ada update, saya tambahkan lagi ya. Semoga bermanfaat untuk ibu-ibu bikers, sehat selalu.. Ingat, untuk melahirkan buah hati tercinta, kita butuh tenaga yang cukup banyak juga lho. Jadi selalu jaga stamina ya bu ibuuu....
Komentar
Posting Komentar