Pengalaman Menjelaskan Perceraian kepada Anak-Anak

 Menjelaskan perceraian orangtua kepada anak-anak sama sekali gak mudah. Mata bening mereka yang penuh tanda tanya, kenapa, kenapa, kenapa? Seringnya bikin sesak.

Tapi begini pengalamanku, setelah hampir dua tahun bercerai. Anak-anak sudah berdamai dengan kondisi keluarga yang beda rumah.

Lalu gimana jelasin perceraian ke anak-anak?

Pertama, menegaskan kepada anak-anak bahwa perceraian ini terjadi bukan karena anak-anak. Ibu dan bapak menyayangi anak-anak, perpisahan ini terjadi karena ada janji yang dilanggar. Tidak kujelaskan spesifik janji apa, tapi aku bilang besok kalian akan mengerti setelah dewasa (klise amat ya.)

Kedua, tidak menjelek-jelekkan bapak mereka, sekalipun hati ini sering dongkol karena perilakunya. Bagaimanapun dia -eks husband- tetaplah seorang figur bapak. Aku hanya menyampaikan, bahwa bapakmu melanggar janji. Ini mirip seperti kamu dan temanmu bertengkar dan berpisah, memilih untuk tidak berteman lagi.

Ketiga, tetap tidak menormalisasi perceraian. Tentu hal ini membuat mereka selalu bertanya. Kenapa dulu ibu menikah dengan bapak?

Kenapa ibu memilih bapak?

Bapakmu orang baik nak, hanya melanggar janji berkali kali dan ibu sudah lelah. Ibu memaafkan, tapi tidak bisa melupakan, tidak bisa menerimanya kembali.

Bapakmu, tetaplah bapakmu. Bahkan ketika ibu menikah lagi, orang yang menikah dengan ibu adalah suami ibu, bukan bapak kalian. Tapi yah, untuk saat ini ibu tidak berpikir untuk menikah lagi.

Ya beginilah anak-anak. Satu satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian. Tidak ada orang yang menikah dengan tujuan bercerai.

Orang yang menikah ada kemungkinan bakal berpisah. Hanya saja nggak tahu, apakah dipisahkan karena kematian, atau perceraian.

Anak-anak sangat terbiasa tidak tinggal bersama bapaknya, yah karena sosok bapak itu hampir jarang mereka rasakan. Ada, tapi nyaris terasa tak ada. Sibuk dengan semestanya sendiri.

Ketika usulan pindah kota dilontarkan, mereka tidak keberatan.

Buat yang baru bercerai dan kalian punya anak, tetaplah waras dan sehat. Sebab anak anak butuh kita yang waras, meski menjadi waras kadang bukan versi terbaik kita haha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita-ceritanya Bumil (Lagi)

Susu Tempe dan Puding Tempe, Dih Emang Enak?

Bingung Puting Makanan Apaan Sih?