Anggaplah Ini Fiksi

Sebagai proses healing dari kejenuhan menulis. Maka tahun 2022 ini akan kuisi dengan menulis hal remeh temeh dan fiksi fiksi yang akan ku susun, suatu saat nanti.

Kepengin banget nulis yang ga mikir bakal ada trafiknya. Bebas, mengalir, terus bikin seger gitu.

Terus aku inget oiya aku punya blog wkwkwk.

Yaudah tulis ajalah di sini.

Sepotong demi sepotong selagi ada ide. Nanti kumpulin kalo udah waktunya bikin fiksi dengan utuh. 

-Surat-Surat Digital Untuk Dia-

Tentu saja ini buat suamiku, yang kupastikan gak bakal baca blog ini lagi. Kenapa?

Karena aku tau kamu bosan denganku sejak 2019 lalu. Kamu gak akan kepo tentang aku lagi, seperti awal-awal kita sebelum menikah.

Kamu gak akan peduli lagi apapun yang kulakukan, apapun yang aku tulis. 

Aku menyedihkan, tapi nggakpapa.

Akan kuubah kesedihan ini menjadi hal-hal baru, yang belum pernah kulakukan sebelumnya.

Hatiku memang sudah porak poranda sejak lama. Tapi keberanian ini baru muncul kemarin.

Sebuah keberanian dari perempuan yang tak lagi memiliki harga diri.

Mencoba bertahan meski tak lagi berharga.

Sekecil itu kami, dimatamu. Iya, baru kusadari sekarang.

Bahkan ketika kami sakit, kamu sibuk dengan duniamu. Tak apa, kami memang se-nggak penting itu di matamu.

Tentu saja, merasa tidak berharga adalah bencana. Itu mirip-mirip seperti merasa tak punya arti lagi.

Tapi meratapi perasaaan ini terus menerus juga gak guna wkwk.

Buat apa kami merasa tidak berharga, sementara kamu berbahagia dengan semestamu di sana.

Kami juga layak berbahagia, meski hanya sekadar melihat sawah dan membeli permen lima ratusan, tanpa kamu.

Iya, tanpa kamu, kami juga bisa berbahagia. Sama seperti yang kamu lakukan kepada kami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita-ceritanya Bumil (Lagi)

Susu Tempe dan Puding Tempe, Dih Emang Enak?

Bingung Puting Makanan Apaan Sih?